This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 07 Maret 2013

Kisah Abu Bakar Siddiq

Kisah Abu Bakar Siddiq


 
 
 
 
Kisah Abu Bakar Siddiq tidak pernah membosankan untuk dibaca dan dipahami. Abu Bakar Siddiq adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw yang merupakan seorang yang jujur, adil, bijaksana, dan sangat menguasai dunia hukum. Abu Bakar Siddiq adalah seorang yang sangat dermawan walaupun beliau datang dari kalangan bangsawan dari kaum Quraisy dan juga seorang saudagar kaya yang sangat terkenal di Arab.
 
Sebelum memeluk agama Islam, Abu Bakar Siddiq bernama Abdullah Abi Khufah. Setelah memeluk agama Islam, Rasulullah memberikan gelar Abu Bakar dan juga As Siddiq yang berarti orang yang selalu membenarkan peristiwa - peristiwa yang dialami Nabi, terlebih peristiwa Isra Mi'raj. Selain itu, Abu Bakar Siddiq merupakan sahabat Nabi yang tertua dan bertugas menyebarkan Islam. Beliau tidak pernagh pelit menggunakan harta benda yang dimilikinya demi kepentingan Islam.
 
Abu Bakar Siddiq yang juga merupakan mertua dari Nabi Muhammad Saw. Beliau yang diangkat sebagai Khalifah pertama setelah rasulullah wafat. Pada saat itu, setelah Rasulullah wafat secara otomatis terjadi kekosongan kepemimpinan dan kemudian umat Muslimin saat itu bergegas mencari seseorang yang diangkat sebagai pengganti Rasulullah. Walaupun sempat terbelah menjadi 2 pendapat, namun pada akhirnya kaum Islam sepakat untuk mengangkat Abu Bakar Siddiq sebagai Khalifah pertama.
 
Abu Bakar Siddiq menjabat sebagai Khalifah sejak 11 Hijriah hingga 13 Hijriah. Memang tergolong sangat singkat namun saat itu Abu Bakar Siddiq berhasil menjalankan amanat yang diberikan kepadanya dengan baik. Abu Bakar Siddiq yang lahir pada 576 Masehi ini telah wafat dengan tenang pada akhir tahun 13 Hijriah ini yang berarti berakhir juga masa tugasnya sebagai Khalifah Islam yang disegani di jamannya.

Pengenalan

Pengenalan

Islam muncul di Semenanjung Arab pada kurun ke-7 masihi apabila Nabi Muhammad s.a.w. mendapat wahyu daripada Allah s.w.t. Selepas wafatnya Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang sejauh Lautan Atlantik di Barat dan Asia Tengah di Timur. Lama-kelamaan umat Islam berpecah dan terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul.
Walau bagaimanapun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umaiyyah, kerajaan Abbasiyyah, kerajaan Seljuk Turki Seljuk, kerajaan Uthmaniyyah Turki Uthmaniyyah, Empayar Moghul India, dan Kesultanan Melaka telah menjadi antara empayar yang terkuat dan terbesar di dunia. Tempat pembelajaran ilmu yang hebat telah mewujudkan satu Tamadun Islam yang agung. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli falsafah dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutamanya pada Zaman Keemasan Islam.
Pada kurun ke-18 dan ke-19 masihi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropah. Selepas Perang Dunia I, Empayar Turki Uthmaniyyah iaitu empayar Islam terakhir tumbang menyembah bumi.

Nabi Muhammad s.a.w.

Nabi Muhammad s.a.w.

Semenanjung Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang tidak maju. Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada sesetengahnya merupakan pengikut agama Kristian dan Yahudi. Mekah ialah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu kerana di situ terdapatnya berhala-berhala agama mereka dan juga terdapat Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali Kaabah.
Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan di Makkah dalam Tahun Gajah iaitu pada tanggal 12 Rabiulawal bersamaan 20 April (570 atau 571 Masihi). Baginda merupakan seorang anak yatim apabila ayahnya Abdullah bin Abdul Muttalib meninggal semasa beliau masih dalam kandungan dan emaknya Aminah binti Wahb meninggal dunia semasa beliau berusia 7 tahun. Kemudian beliau dijaga oleh datuknya Abdul Muthalib. Setelah datuknya meninggal baginda dijaga pula oleh pakciknya iaitu Abu Talib. Baginda kemudiannya berkahwin dengan Siti Khadijah semasa beliau berusia 25 tahun dan menjalani kehidupan yang selesa dan aman. Baginda pernah menjadi penggembala kambing. Selain itu baginda seorang yang sangat amanah semasa bekerja bersama Khadijah dalam menjalankan perniagaan wanita yang terhormat itu.
Baginda pernah diangkat menjadi hakim. Baginda tidak menggemari suasana Mekah yang penuhi dengan masyarakat yang mempunyai masalah sosial yang tinggi. Selain dari memperdagangkan berhala, masyarakat Jahilliah turut menanam bayi-bayi perempuan. Baginda banyak menghabiskan masa mencari ketenangan digua Hira'. Sehinggala ketika Nabi Muhammad s.a.w. berusia lebih kurang 40 tahun, baginda telah didatangi oleh Malaikat Jibril a.s. Selepas beberapa ketika baginda mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rakan-rakan terdekatnya dan seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 masihi, baginda dan pengikutnya berhijrah ke Madinah. Peristiwa ini dipanggil Hijrah. Semenjak daripada peristiwa itu bermulalah Kalendar Islam.
Mekah dan Madinah kemudiannya berperang. Nabi Muhammad s.a.w. memenangi banyak pertempuran walaupun ada di antaranya tentera Islam tewas. Lama kelamaan orang-orang Islam menjadi kuat dan berjaya membuka Kota Mekah. Selepas kewafatan Nabi Muhammad s.a.w., seluruh Semenanjung Arab di bawah penguasaan orang Islam.

Kesimpulan

Kesimpulan
Terlihat berbagai perbedaan pendapat tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia oleh berbagai tokoh dan juga para peneliti. Perbedaan pendapat tersebut terjadi karena dasar-dasar berpikir yang dipakai dalam membangun pendapat.

Pijnapel, Hurgronje, Marrison, Moquette, Fatimi lebih mempercayai bukti-bukti kongret yang masih bisa diyakini secara pasti, bukan perkiraan. Oleh sebab itu pendapat-pendapat mereka dapat dikatakan lebih logis, meski dapat juga menuntut mereka untuk percaya bahwa Islam pertama kali berkembang di Indonesia pada sekitar abad ke-13, yaitu lebih belakangan ketimbang agama Hindu dan Buddha.

Begitu juga dengan pendapat Residen Poortman. Meski pendapatnya tersebut berdasarkan catatan-catatan dari Cina yang tersimpan bertahun-tahun, tetapi masih ada kemungkinan salah tafsir atas pernyataan-pernytaan tertulis yang ada di dalamnya. Selain itu bisa pula ada kemungkinan adanya manipulasi data tanpa sepengetahuan pembaca.

Adapun pendapat Hamka bahkan akan lebih mudah untuk terjerumus ke dalam bentuk syak yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Hamka hanya berdasarkan pikiran-pikiran pribadi yang tidak ditunjang oleh data sejarah yang kongkret. Oleh demikian maka sangat kecil kemungkinan pendapatnya untuk benar.

Begitupula dengan pendapat Djajaningrat. Bisa jadi persamaan-persamaan yang dikemukakan dalam pendapatnya itu hanya kebetulan-kebetulan yang mirip pada objek.

Akan tetapi, hampir setiap pendapat itu memiliki konsekuensi. Jika seseorang memercayainya suatu pendapat dari pendapat-pendapat itu, maka, bagaimana pun, ia mesti menerima konsekuensi-konsekuensi yang kemungkinan bakalan ada.

Pendapat Keenam

Pendapat Keenam
Pendapat keenam tentang masuknya Islam ke Indonesia dikemukakan oleh Hoesein Djajaningrat. Djajaningrat juga dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang mempertahankan disertasi di Universitas Leiden, Belanda, pada 1913. Disertasinya tersebut berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten (Pandangan Kritis mengenai Sejarah Banten).

Menurut Djajaningrat, Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia. Adapun sebagai alasan Djajaningrat mengemukakan pendapat tersebut adalah berdasarkan peringatan 10 Muharram atau hari Asyura sebagai hari kematian Husein bin Ali bin Abi Thalib yang ada di Indonesia berasal dari perayaan kaum Syiah di Persia. Peringatan 10 Muharram itu lebih dikenal sebagai perayaan Hari Karbala.

Djajaningrat juga meyakini pendapat tersebut, karena pengaruh bahasa Persia juga masih dapat ditemukan dibeberapa tempat di Indonesia. Selain itu keberadaan Syeikh Siti Jenar dan Hamzah Fansuri dalam sejarah Indonesia menandakan adanya pengaruh ajaran wihdatul wujud Al-Hallaj, seorang Sufi ekstrim yang berasal dari Persia.

Pendapat Kelima

Pendapat Kelima
G.E. Marrison juga seorang yang pernah mengemukakan pendapat tentang keberadaan masuknya Islam ke Indonesia. Dalam pendapatnya tersebut Marrison juga menyanggah pendapat Moquette, bahkan dia sendiri malah yakin, jika Islam yang datang ke Indonesia berasal dari Pantai Coromandel, India Selatan. Adapun sebagai alasannya adalah karena pada abad ke-13M, Gujarat masih menjadi bagian dari kerajaan Hindu, sementara di Pantai Coromandel, Islam telah berkembang.

Morrison juga memperkirakan bahwa pembawa dan penyebar Islam yang pertama masuk ke Indonesia adalah para Sufi dari India. Para Sufi tersebut menyebarkan Islam di Indonesia dengan pendekatan tasawwuf pada akhir abad ke-13 M, dimana waktu itu terhitung belum lama dari peristiwa penyerbuan Baghdad oleh orang-orang Mongol.

Adapun pernyerbuan yang dimaksud adalah penyerbuan yang memaksa banyak para Sufi keluar dari zawiyah-zawiyah mereka dan melakukan pengembaraan ke luar wilayah Bani Abbasiyah, seperti ke ujung Persia atau bahkan ke India.

Pendapat Keempat

Pendapat Keempat
S.Q. Fatimi adalah salah seorang yang berpendapat tentang sejarah Islam di Indonesia dan sekaligus menyanggah pendapat kedatangan Islam di Indonesia yang dikemukakan oleh Muquette yang memperkuat pendapat Pijnapel dan Hurgronje. Fatimi berpendapat bahwa nisan-nisan kuburan yang ada di Aceh dan Gresik justru lebih mirip dengan bentuk nisan-nisan dan kuburan yang ada di Benggala, sekitar Bangladesh sekarang.

Lebih lanjut Fatimu juga percaya bahwa pengaruh-pengaruh Islam di Benggala sangat banyak ditemui dalam Islam yang berkembang di Nusantara pada zaman dahulu. Oleh karena itu, Islam yang ada di Indonesia sebenarnya berasal dari Bangladesh.